Jumat, 31 Maret 2017

Pembina Pramuka Itu Panggilan Jiwa



BERBICARA soal Pramuka, menjadi hal yang membanggakan bagi Lukman Hanafi. Sebab terhitung sudah 20 tahun dia menggeluti pramuka. Yakni sejak 1997. Baginya, dapat bergelut di dunia pramuka adalah suatu pengalaman yag asyik. Sebab di dalamnya ada pembentukan karakter dan petualangan.

Sosok yang setiap harinya dinas di MTsN 2 Bondowoso itu mengatakan, pada 1997 itu dia mengenal pramuka di sekolah tempatnya mengajar saat ini. Sebab pria asal Poncogati, Curahdami itu adalah alumnus MTsN 2 Bondowoso. "Dan menjadi staf TU di almamater saya dahulu," terangnya.


Awal kali dirinya tertarik untuk bergabung menjadi anggota pramuka tidak lain karena ingin mengembangkan diri. Baik dari segi kedisiplinan maupun kreatifitas. Saat menjadi Pramuka Penggalang (tingkat SMP,Red), dirinya masih ikut-ikutan saja. Baru ketika dirinya melanjutkan studi di MAN Bondowoso, pemahaman pramuka dipelajarinya lebih mendalam.

Memang secara teori, saat menjadi pramuka penegak ISetingkat SMA,Red), selain kegiatan di sekolah, ada saatnya menjadi pembina di SD maupun SMP. Saat itulah, dia mulai belajar mentor. Hanya saja, dalam aturan, seseorang benar-benar bisa disebut pembina minimal saat berusia 25 tahun. "Paling tidak ketika sudah dilatih sebelumnya, penguasaan materi dan penguasaan tata cara pengajaran, bisa lebih matang," akunya.

Untuk lebih mematangkan pengetahuannya, dia pun mengikuti berbagai tingkatan pelatihan. Seperti halnya Kursus Mahir Dasar (KMD), Kurus Mahir Lanjut (KML), dan Kursus Pembina Dasar (KPD).

Menariknya, saat ulang tahun pramuka 2016 kemarin, dia mendapat anugerah Pancawarsa 1. Anugerah itu diberikan pada pembina yang sudah mengabdikan diri menjadi pembina selama lima tahun. Hal itu didapatkannya ketika dirinya berusia 30 tahun. "Sebab menjadi pembina itu adalah panggilan hati," ujar pria kelahiran 13 Juni 1986 tersebut.

Baginya, hidup adalah bagaimana bisa bermanfaat bagi orang-otang di sekitarnya. Sebab itu, ketika dirinya memiliki keahlian pramuka, maka dia ingin bermanfaat dengan menularkan ilmu pramukanya tersebut.

Berbicara organisasi, memang sejak duduk dibangku SMA dia sudah gandrung dengan organisasi. Terbukti saat di MAN Bondowoso itu,dia juga sebagai sekretaris Ambalan di MAN. Dalam waktu yang sama, dia juga sebagai sekretaris OSIS MAN dan juga Ketua Unit PMR WIRA MAN Bondowoso. Sehingga, ketika dirinya kini menjadi pembina, berbagai materi sudah dimatangkan di organisasi.

Baginya, menjadi pembina awalnya memang sulit, namun saat belajar dahulu, Bagaimana menghadapi adik-adik pramuka dan bagaimana cara menyampaikan materi yang tidak membosankan. Namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka kegrogian itu sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi.

Baginya, menjadi pembina adalah hal yang asyik. Sebab ketika bisa dekat dengan adik-adik, seakan serasa muda terus. Terakhir, dia bersama adik-adik pramuka MTsN 2 Bondowoso, ditugaskan mengikuti Jambore Nasional (Jamnas) 2016 di Cibubur, Jakarta. Saat itu dia bersama para pramuka penggalang dari berbagai sekolah di Bondowoso mengikuti Jambore yang dihadiri langsung Presiden Jokowi. "Pokoknya Pramuka itu menyenangkan," ujar  alumnus S1 STAI At Taqwa Bondowoso tersebut. (hud/wah)



Sumber : Jawa Pos Radar Ijen, 21 Januari 2017
disalin oleh :(er)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar