Sabtu, 01 April 2017

Mohammad Yusuf Riski,Hampir Mati setelah Digigit King Cobra

Sekarang Dikenal sebagai Pawang Ular

Bagi sebagian orang,ular adalah hewan melata yang menakutkan.Tetapi,bagi Mohammad Yusuf Riski,ular tak ubahnya sahabat.

KHAWAS AUSKARNI,Jember

MOHAMMAD Yusuf Riski menunjukkan luka bekas gigitan ular di bahu kanannya.Sekitar Juni lalu dia hampir meregang nyawa setelah bisa ular king kobra yang menggigitnya melemahkan sistem sarafnya.

 Sesaat setelah digigit ular ,dia merasakan sesak napas yang luar biasa.Pandangan mata menjadi kabur beberapa saat kemudian.Akhirnya dia pingsan.Beberapa kawannya


langsung membawanya ke puskesmas dalam kondisi tidak sadarkan diri.Selama dua hari setengah Yusuf tak sadarkan diri.Total dia harus menghabiskan waktunya selama sepekan untuk opname.

Yusuf sendiri memiliki ular piton albino.Setiap dua pekan sekali,dia membeli ayam potong hidup seharga Rp 30 ribu sebagai pakan ular kesayangannya itu.Ular dengan panjang sekitar empat meter dan berat 10 kilogram itu disimpan di kotak kaca yang menjadi rumahnya.Kulitnya berwarna kuning dengan bercak-bercak putih.

Kendati terlihat menakutkan,Yusuf mengatakan,ular Albino itu tidak berbisa.Dia hanya mampu bisa melihat dan menggigit mangsanya.Di tangan Yusuf,ular menjadi jinak laksana kucing.Yusuf membeli ular tersebut dari salah seorang kolektor di Kalimalang,Gumukemas,seharga Rp 500 ribu.

Kerap Diberi Imbalan dari Hewan Hasil Tangkapan


sejak kecil,pemuda 23 tahun itu suka bermain dengan hewan-hewan yang relatif berbahaya.Jika berpapasan dengan ular di sawah justru mengejarnya,sedangkan anak yang lain lari ketakutan.

Setelah ular itu tertangkap,akhirnya dibawa pulang.Yang khawatir malah sang ibu.Ibunya sering marah dan meminta pria yang kini tercatat sebagai mahasiswa semester 10 Fakultas Teknik Universitas Jember(Unej)itu membuang ular yang baru ditangkapnya.

Meski demikian,hal itu tak membuat dirinya bergeming.secara sembunyi-sembunyi dia tetap menyukai berbagai hewan berbahaya.Hingga sekitar dua tahun silam,yusuf bertemu dengan sekumpulan anak muda yang sama-sama menyukai ular berbisa.Mereka memakan diri X Kompas,akronim dari Kelompok Pecinta Satwa.Sekretariat X Kompas  berlokasi di daerah Gebang. Ditempat itulah seluruh binatang koleksi para anggotanya disimpan.

Di komunitas itu,ular yang paling berbahaya justru menjadi permainan yang menarik.Yusuf belajar banyak teknik mengendalikan ular di komunitas itu.Disana pula dia belajar merawat hingga memperlakukan ular yang semula ganas menjadi jinak.

Dari hubungan antar sesama pecinta ular berbisa,Yusuf mendapatkan banyak varian koleksi,mulai dari king kobra,ular hijau ekor merah,hingga piton albino.Beberapa dari ular itu dia dapatkan dari kolektor luar pulau.
Pengalaman berburu ular hingga ke luar pulau sudah sering dia lakukan. Bahkan, saat ini koleksinya tidak hanya jenis ular berbisa, melainkan juga hewan liar lainnya. belum lama ini dia baru pulang dari Makassar dengan membawa biawak anakan asal Sulawesi Selatan.

Berawal dari hobi, Yusuf kini dianggap seperti pawang ular. Setelah namanya dikenal sejumlah kalangan sebagai penjinak binatang berbahaya, Yusuf kerap mendapatkan panggilan mengusir binatang liar yang masuk ke rumah-rumah warga, Umumnya ular.

Kompensasi yang didapatkannya pun melulu uang. Beberapa kali pemilik rumah hanya memberi imbalan berupa binatang yang berhasil ditangkapnya. "Ya nggak apa-apa dikaih binatangnya. Ini juga ada nilainya bagi saya," kata Yusuf.

Dia mulai dikenal sebagai pawang setelah sering beraktifitas di Alun-Alun Jember bersama bersama komunitas X Kompas. Mereka membawa beberapa ular koleksi ke alun-alun.lantas melakukan semacam atraksi,Banyak pengunjung alun-alun yang mengerumuni anak-anak X Kompas setiap beratraksi dengan ular berbisa.

Di sela-sela acara itu,anggota X Kompas,termasuk Yusuf,membagikan kartu nama."Kami kasih kartu nama ke penonton dan di situ tercantum nomor telepon.jadi kalau di rumahnya ada yang dimasuki hewan liar berbahaya,seperti ular atau yang lainnya,bisa hubungi kami,"ucapnya.(c1/har)

Sumber:Jawa Pos Radar Jember 23 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar