Selasa, 04 April 2017

Tekad Band-Band Indie Naikkan Pamor Musik Jember

Lewat Finger, Ramai-Ramai Bikin Album 'Awaken'

Ini bukan komunitas baru. Namun menapak usia 14 tahun, malah cenderung vakum. Eman dengan kondisi inilah Finger yang berisi kumpulan band Indie se-Jember mencetak album ke-8 sebagai momentum kebangkitan.

HADI SUMARSONO,Jember

"Ini bisa ironi. Makin lama (komunitas) ini sepertinya kok makin melempem. Musisi nggak boleh loyo. Harus penuh spirit menuangkan ide-ide seninya," cetus Mungki Krisdianto, salah satu tokoh di komunitas Finger, kemarin.
Komunitas ini sudah lama berdiri, yakni sejak 2002/2003 silam. Tak ingin loyo, maka digelarlah album kompilasi Finger ke-8 berjudul: Awaken, Sabtu (21/1) akhir pekan lalu. Komunitas band Indie ini berharap, Awaken (Kebangkitan) benar-benar akan menandai kebangkitan Finger era sekarang.

Launching album ke-8 kompilasi Finger itu langsung marak. puluhan band Indie se-Jember ikut ambil bagian. Bahkan waktunya pun dibagi dua sesi dan dua hari.

Di sesi pertama Jumat (21/1) adalah acara ilmiah, berupa badan album Awaken di Semasa Bersama - Mastrip. Di sini enam band talent yang ikut kompilasi dalam album Awaken ikut sebagai pemateri. Yakni From This Accident, Cry-On, BabyDolls, Resonansi Ruang, Awan Blaxdox, dan Maltha Band. Dipandu Bebe dan Adhit (mantan pengurus Finger pertama), acara berlangsung seru.

Keesokan harinya, puncak acara di mulai. Talent-talent utama dalam album Awaken tampil live di Warung Apresiasi (WA) GOR Kaliwates Jember. Mungki menyebut, semangat kebersamaan dalam Finger ini luar biasa.

Acara Utama Tampil Live di WA GOR Kaliwates
Karena itulah, momen launching album ke-8 itu diharapkan bisa sebagai momen kebangkitan band-band indie di Jember, agar terus berkarya. "Yang dimainkan pure hasil ciptaan sendiri. Luar biasa," sergahnya.

Mungki menyebut, perjalanan Finger ini sudah berlangsung cukup lama. Bermula sekitar tahun 2002 atau 2003 lalu, beberapa band lokal Jember sempat membuat sebuah kompilasi album karya sendiri.

"Album pertama berjudul Two Face Tobacco band compilation dengan format enam band. Semua atas swadaya sendiri. Mulai recording, penggandaan album, dan design," kata bassist muda ini.

Sementara awan Setiawan (Wawan), salah satu pendiri Finger lainnya menambahkan, awal terbentuk Finger hanyalah dari sekadar iseng-iseng belaka antar sesama personel band. Bersama Mungki, dia yang punya satu band indie mencetuskan sebuah komunitas indie. Wawan yang kebetulan juga aktif di sebuah event organizer (EO)., dianggap lebih paham organisasi, dan langsung kolaborasi dengan kelompok band-band indie lainnya untuk membuat even.

"Pertama kami ngumpul di warung Cethe Halmahera. Mulai terbentuk hanya delapan band saja. Ada Yoyok, Adhit, Sunday Morning, dan grup lain. Kami sepakat selalu koordinator. Akhirnya berdiri Finger dengan koordinator pertama Yoyok. Karena Yoyok ada kepentingan harus ke Jakarta, gantikan Mungki," kata Wawan.

Sebagai seorang EO, Wawan kebetulan punya even di GOR, yang minta band indie di Jember muncul. Akhirnya, 12 band main di even itu. "Kecuali yang ngenrerock saat itu nggak bisa main, karena permainan klien bukan rock," akunya.

Sejak itu dampak positif mulai muncul. Banyak sambutan dari luar, dan mulai ada perubahan. Akhirnya muncullah beberapa evaluasi. "Permintaan pasar saat itu adalah band yang easy listenling, maka rock agak tersingkir. Padahal sebenarnya sama saja, nggak ada perbedaan ," jelasnya.

Biar tidak vakum mereka pun rutin bikin even kecil-kecilan di Jalan Jawa (kawasan kampus) dengan menggandeng pihak UKM Ekonomi. "Ini hanya sebagai mediator untuk semua anggota. Kami main bergantian," lanjut Wawan.

Disini, eksistensi Finger semakin dikenal dan kian banyak yang berminat masuk anggota. "Waktu itu saya jadi sekretaris, anggota finger lebih 40 band indie," ujarnya.

Namun setelah lulus kuliah, Wawan harus mundur dari Finger karena punya kesibukan baru yang tak bisa ditinggalkan. Sejak itulah, berangsur-angsur Finger mulai meredup.

Nah, munculnya album Awaken ini diharapkan bisa jadi momen bangkitnya band-band indie di Jember.

Sementara Maltha Cassandra Hilda, anggota komunitas Finger menambahkan, komunitas ini adalah wadah bagi seluruh band se kabupaten Jember yang memilih jalur Indie. Baginya, ada kepuasan tersendiri jika hasil karya band-band lokal bisa dinikmati orang Jember.

"Hasil ciptaan band kita banyak. Akan sangat naif jika hanya dinikmati pencipta sendiri. Setidaknya, karya kami akan bisa bermanfaat (menghibur) penikmat lagu lain," kata musisi cewek ini. (cl/hdi)

Sumber Radar Jember 26 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar