Senin, 03 April 2017

Pasar Malam, Komunitas Penulis Pemula Mahasiswa Fisip Unej

Rutin Evaluasi Tulisan Sambil Nongkrong di Warung Kopi

Mahasiswa harus mampu menunjukkan kemampuan intelektualitasnya. Salah satunya dengan tulisan. supaya budaya menulis bisa kembali bangkit, para mahasiswa di Fisip Unej membentuk komunitas Pasar malam. Seperti apa?

RULLY EFENDI, Jember

PASAR Malam. Begitu nama komunitas penulis yang digagas para mahasiswa Fisip Unej. Sengaja memilih nama Pasar Malam, supaya menyamai filosofi yang memiliki arti ramai dan beragam. Seperti harapan mereka, komunitasnya bisa menjadi rujukan para penulis pemuda di Jember.
Baru terbentuk. Namun tulisan di portal resmi komunitas itu, dipastikan ada yang beru setiap harinya. Beragam tulisan. Mulai dari opini, esai, cerpen hingga puisi dan tulisan lainnya, terangkum dalam sebuah komunitas Pasar Malam. Bahkan saat ini, para alumni dari kampus mereka pun mulai rajin mengirim tulisan.

Sukma Hari Purwono salah seorang pendiri Pasar Malam. Dia seorang Mahasiswa Program Studi Administrasi Negara Fisip Unej. selain dia,ada nama Bagus Nuari Harmawan. Mereka bertiga merintis komunitas itu bersama dengan Brian Faesal.

Setelah memulai beberapa bulan, mahasiswa lainnya pun ikutan gabung.

Salah satunya mahasiswa lulusan terbaik di Fisip, Darmawan Prasetya. Ada pula nama Irfantoni Listiyawan dan Edwin Prasetiawan. Setelah berjalan dengan anggota yang berjumlah belasan mahasiswa, mereka pun mulai membentuk kepengurusan.

Berbagi tugas mereka lakukan. salah satu tugas yang pasti adalah editor dan publisher di portal resmi mereka. sengaja mempublish di portal online dan kemudian disebarnya di media sosial, supaya menerima kritikan dan saran dari pembacanya. Selain itu, juga untuk merangsang mahasiswa lain supaya gemar menulis.

Mereka mengakui, minat menulis mahasiswa tidak banyak ditemukan. Padahal, mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk merepresentasikan kecerdasannya di hadapan publik. Salah satunya, tentu dengan karya akademik seperti tulisan. "Nah, dari sana Pasar Malam kami bentuk," ujar Sukma.

Setiap Tulisan, mereka sempatkan untuk didiskusikan sebelum mereka publish. Bahkan, jajaran pengurus inti tidak jarang harus membedah tulisan kiriman anggotanya. Baru setelah dianggap layak, mereka tayangkan untuk dinikmati mayarakat pecinta tulisan.

Supaya penulis lebih bersemangat, pengurus pun selalu memberi reward bagi mereka yang dinilai tulisannya luar biasa. Meski, hadiah yang di berikan sekadar gratis kopidan makan malam.

Memang hanya itu sementara yang bisa diberikan pengurus Pasar Malam. Sebab sampai ini, biaya komunitas yang dijalankan hasil dari swadaya pengurus dan beberapa anggotanya. "Semua kami biayai sendiri. Karena kami menjaga independensi," katanya.

Mempertajam tulisan masing-masing anggota, rutin mereka gelar dengan kopi darat. Tidak harus formil. Bahkan, mereka malah sering nongkrong di warung kopi. Namun yang pasti, penajaman tulisan menjadi pembahasannya.

Setiap kali kopi darat, kajian tentang tulisan selalu mengundang pemateri yang disebutnya teman berdiskusi. Mulai dari penulis profesional, dosen, peneliti, wartawan hingga budayawan. "Kajian ini yang menurut kami sangat berarti," imbuh Sukma.

Mulai terasa hasilnya. Beberapa tulisan mereka, mulai laku di beberapa kolom surat kabar. Mulai dari cetak seperti koran, tabloid dan majalah hingga online, banyak memuat tulisan anggota Pasar Malam. "Sebagai mahasiswa, tulisan di muat di surat kabar, tentu kami merasa bangga," pungkasnya.

Mimpi besar menjadi komunitas tempat penulis beraktualisasi, akan terus digenjotnya. Bahkan, pelajar juga menjadi bidikan mereka untuk digandeng belajar menulis bersama. Sebab mereka yakin, kecerdasan dan wawasan bisa diasah dengan produktivitas tulisan. (rul/hdi)



Sumber Radar Jember 27 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar