Kamis, 30 Maret 2017

Total di Pramuka


CERITA itu mulai dirinya duduk di sekolah dasar. Shifa Khilwiyatul Muti'ah sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pramuka. Sehingga tidak heran jika saat ini, dirinya menjadi salah satu pembina Pramuka di kampusnya.

Ahifa mengakui keberuntungannya terlahir dari orang tua mengerti akan organisasi. Dengan begitu, tidak ada hambatan untuk dirinya aktif di sebuah organisasi yang dia pilih sendiri ini.
Dia menuturkan, orang tuanya tidak pernahmenyuruh dirinya untuk memilih dan memilah organisasi mana saja yang hendak diikutinya. Hanya beberapa pesan yang sampai saat ini dia ingat.

Kuncinya Jaga Emosi dan Redam Ego
Waktu itu bapak bilang, jika sudah terjun disebuah organisasi jangan mau tanggung-tanggung," katanya.

Dari pesan itulah, saat ini Shifa benar-benar menekuni dunianya dalam berpramuka. Saat itu dia sendiri yang memilih untuk ikut dalam kegiatan kepramukaan. "Saya sendiri yang tertarik, kemudian jatuh cinta," tambahnya.

Menurutnya, pramuka itu tidak hanya mengajarkan soal nyanyi-nyanyi dan mengelilingi api saja. Ada 10 poin dasa dharma Pramuka yang harus tertanam dalam setiap jiwa anggota Pramuka.

Kesepuluh dasar itulah yang menjadikan setiap anggota memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan menghormati yang lebih tua. "Dasa dharma itu yang memberikan banyak pengajaran, bahkan menghargai yang lebih muda juga diajarkan di sana," akunya.

Perempuan yang beralamatkan Jl Sunandar Priyo Sudarmo, Kelurahan Kutorenon, Kecamatan Sukodono ini mengatakan dengan tegas jika Pramuka mengajarkan anggotanya untuk memiliki karakter yang kuat, tangguh dan hebat serta penuh semagat.

Maka dari itu, setiap sesi latihan, setiap anggota selalu melakukan aktivitas bernyanyi bersama. Hal itu menuturnya melatih agar bisa kompak dan terus semangat. "Pokoknya banyak deh," kata perempuan pasangan Moh Cholid Adnan dan Siti Fatimatuzzuhroh ini.

Namun Shifa menuturkan, yang paling penting dalam pramuka itu adalah pengajarannya yang dituntut untuk berkelurga. Meski sejatinya setiap anggota bukan merupakan keluarga sedarah, namun rasa memiliki dan menyayangi selayaknya saudara sekandung.

Selain itu, Shifa yang lahir di Banyuwangi pada 24 April 1996 ini menuturkan, jika organisasinya itulah yang membawanya mengetahui beberapa daerah di Indonesia. Serta memberinya bukti jika bangsanya ini memiliki kekayaan yang sangat luar biasa.

Shifa serasa secara langsung membuktikan kepada dirinya sendiri jika Indonesia memiliki beragam adat, suku dan bahasa. "Dari hal itu, saya merasa bangga menjadi Indonesia dan menjadi anggota Pramuka tentunya," ungkapnya.

Apalagi saat menjadi delegasi untuk mewakili lembaga atau daerahnya untuk ikut sebuah kompetisi. Saat itulah, pemahaman dalam Pramuka benar-benar diuji. Bahkan kekompakan, kerjasama dan kekeluargaan harus berirama antar anggota.

Untuk menjaga hal itu setiap anggota harus saling menjaga emosional dan meredam keegoisan. "Susah memang, tapi itu bukan hal yang tidak mungkin
dilakukan jika setiap hari selalu bersama dan berlatih," tutupnya. (mar/ras)



Sumber : Radar Semeru 27 Desember 2016 (Yn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar