Rabu, 22 Maret 2017

Triono Bambang Irawan, Dosen Kewirausahaan Politik Negeri Jember

Memulai Bisnis Harus Selalu Optimis

TRIONO percaya ada kekuatan besar dalam jiwa orang yang optimis. Sebab, di dalamnya ada semangat positif yang selalu mendatangkan hal yang bermanfaat. Untuk itu, setiap usaha yang dilakukan harus diyakini dengan optimis.
"Dalam sikap optimis, tak ada nilai prasangka negatif," kata suami dari Liliek Dwi Soelaksini tersebut. Berangkat dari rasa optimis itulah, rasa percaya diri dan semangat bekerja akan semakin berkembang. Optimis menjadi prinsip hidup yang depegang olehnya.

Dia menilai, menjadi seorang entrepreneur memiliki pahala yang besar. Karena mampu membuka lapangan pekerjaan bagi siapa saja. Baginya, entrepreneur berbeda dengan pengusaha.

Entrepreneur merupakan orang yang bergiat dalam suatu bidang dan menampung berbagai kehidupan orang, keluarga dan komunitas lainnya. Sedangkan pengusaha hanya terbatas memiliki karyawan yang sedikit. "kalau pengusaha, karyawan yang bergantung padanya lebih sedikit," tuturnya.

Dia membaca kemandirian sebuah bangsa juga bergantung pada kemandirian masyarakatnya. Hal itu bisa dibentuk dengan menjadikan mereka sebagai wirausahawan. Karena jumlah entrepreneur di Indonesia masih sangat rendah dibanding Negara lainnya. Seprti Malaysia yang mencapai 5 persen, Indonesia masih 1,5 persen.

Untuk itu, generasi muda perlu didorong agar menjadi orang yang mandiri. Yakni melatih mereka menjadi entrepreneur agar bisa menjadi solusi permasalahan bangsa. (gus/ram)

Jadi Dosen Tak Punya Uang


MENJADI dosen ternyata tidak menjamin hidup makmur dan bisa memenuhi segala kebutuhan.Inilah yang dialami Triono.Pasalnya,dia menerima gaji sebesar Rp 60 ribu saat diterima jadi dosen pada 1987.Selain itu,banyak waktu yang tersisa kala itu.

Jadi dosen dulu 2 jam sudah pulang,sangat sayang jika tidak dimanfaatkan,"ucapnya.Untuk itu,dia teringat dengan perkataan direktur Polije pertama,Soetrisno Wijaya.
 "Dosen Polije harus making money,harus kerja,"tambahnya menirukan Soetrisno.kata-kata itu membuat Triono kembali bersemangat untuk memanfaatkan waktunya.Sehingga dia mulai kembali menekuni wirausaha yang sempat dilakukannya sejak kecil.Mulai dari berdagang pupuk organik,ikan lohan,jagung,padi dan lainnya.
Semua itu,kata dia,dilakukan dengan semangat tinggi sampai sekarang.Dirinya sudah merasa nyaman dengan semua kegiatan entrepreneurship.Berawal dari kiprah itu,dia dipercaya menjadi kepala menjadi kepala unit kewirausahaan.

Selain mendorong mahasiswa agar menjadi entrepreneur,dia juga menyediakan wadah dengan membuka taman usaha(Tamu) di double way Polije setiap minggu,bahkan di bulan puasa setiap hari."Selain itu juga menjalin kerja sama dengan instansi yang lain,"tuturnya.

Taman usaha diciptakan didasari karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan.Perusahaan juga masyarakat lulusan sarjana yang hendak bekerja harus memiliki pengalaman minimal satu tahun.Sehingga,peluang kerja bagi sarjana semakin sulit.

Dengan taman usaha ini mahasiswa bisa berekspresi dalam menjalankan bisnisnya.Tujuannya agar mereka memiliki pengalam dan skill sebagai bekal ketika sudah lulus kuliah.

Prinsipnya,kata dia,belajar menjadi wirausaha harus dilakukan dengan cara berlatih setiap waktu.Latihan merupakan kunci utama yang harus dilewati bagi mahasiswa yang ingin bergerak di bidang usaha.karena mereka akan memiliki mental yang tangguh.

Sebab,dalam dunia usaha,kegagalan sering kali dijumpai dalam proses perjalanannya.Untuk itu,mereka perlu terus berlatih agar memiliki mental baja,ketika gagal,tidak patah semangat dan putus asa.tapi menjadikan proses awal menuju sebuah keberhasilan dan kesuksesan.(gus/ram)

Dorongan Mahasiswa Menjadi Entrepreneur

 Menjadi trepreneurship sudah seperti menjadi kewajiban saat ini.Pasalnya,para lulusan sarjana tak bisa selamanya bergantung kepada orang lain.Mereka harus mandiri,berdiri di kaki sendiri(Berdikari),bukan bergantung kepada orang lain.Inilah yang dipedomani Triono Bambang Irawan dalam mengajar mahasiswanya.

PRIA yang akrab disapa pak Tri sedang salat Dhuhur di kantornya,unit kewirausahaan Politeknik Negeri Jember(Polije).Saat itu tampak ada tiga mahasiswa sedang menunggunya dibangku kerja.Ketiganya bukan hendak konsultasi kuliah melainkan melakukan konsultasi tentang kegiatan kewirausahaan yang akan dilakukan.
Dosen kewirausahaan itu mulai berdiskusi dengan mahasiswanya.Dia tampak bersamangat saat membimbing dan mengarahkan para mahasiswa.Saking semangatnya,ternyata konsultasi itu sudah berlangsung lama."Kalian harus punya konsep dalam berbisnis,itu penting,"katanya.
Itulah sepintas keseharian dari Triono Bambang Irawan.Dosen yang selalu menantang mahasiswanya agar terjun di bidang wirausaha.Sebab,perkembangan jaman yang terus melesat mewajibkan generasi bangsa harus lebih kreatif dan inovatif.

Dibidang kewirausahaan,pria kelahiran Sumenep,1 November 1961 sudah terbiasa sejak kecil.Pergaulannya dengan teman sekolah semakin membuka wawasan tentang dunia usaha."saya dulu SD Katolik,banyak teman saya yang anaknya pedagang,"katanya pada jawa Pos Radar Jember.

Darisanalah semua bermula,Tri kecil yang jarang pulang ke rumah banyak menghabiskan waktu di rumah teman-teman Tionghoa-nya.Dia melihat langsung bagaimana teman tersebut bagaimana teman tersebut ikut bekerja membantu orang tua.pulang dari sekolah,mereka tidak langsung istirahat,tetapi ikut berjalan.

Bahkan,sahabat-sahabat Tionghoanya yang memiliki too,mengerjakan PR sekolah sambil berdiri dan melayani pembeli.Pemandangan itu membuat dirinya terenyuh,sehingga tak heran kalau mereka sekarang banyak yang memilih menjadi pengusaha.

"Insting mereka sangat kuat dan sudah terasah sejak kecil,"tegasnya.Kemudian,mereka juga diajarkan untuk hidup disiplin dan hidup sederhana.Misal,ketika pergi ke sekolah,mereka tidak membeli jajan,tetapi membawa makanan dari rumah sendiri.

Melihat hal itu, Triono ingin mencoba untuk belajar menjadi orang mandiri. Ketika di bngku Sekolah Dasar (SD), dia berjualan kerupuk agar bisa survive. "Karena waktu itu saya minggat dari rumah, agar bertahan hidup, harus berusaha sendiri," terang ayah dua anak tersebut.

Darisanalah dia mulai belajar hidup mandiri dengan berdagang. Bahkan, ada banyak barang yang dia jual, mulai dari parfum, bunga, cacing dan buah-buahan. Dia merasa menemukan kesenangan ketika menjadi seorang pedagang. "Orang tua juga seorang pedagang," ujarnya.

Kebiasaan itu terus berlangsung sampai menempuh pendidikan di Universitas Jember. Dia terus mencari pengalaman dalam menjadi wirausahawan. Menariknya, usai lulus kuliah, Tri ditawari alat tambal ban. Tri muda pun tanpa pikir panjang membelinya dan menjalankan usaha tambal ban. Bahkan, ada beberapa tambal ban yang dilakukannya dengan menyuruh orang lain.

Perjalanan yang cukup panjang dalam mencari pengalaman berwirausaha itu meyampaikannya pada pertemuan dengan salah satu dosennya. Dia diminta untuk bekerja di irigasi Jawa Timur. Kemudian Ijazah yang diperoleh diterima bekerja di kampus Polije.

Selama 29 tahun di kampus tersebut, sekarang Trionodipercaya sebagai kepala unit kewirausahaan dan dosen berbagai mata kuliah. Dia menekankan agar mahasiswanya menjadi entrepreneur. Salah satu caranya terus berlatih agar memiliki mental wirausahawan. (gus/ram)


Sumber : RADAR JEMBER. Minggu 19 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar