Rabu, 29 Maret 2017

Widi Astutik,Mundur dari Jabatan Manager,Sukses Menjadi Petani Okra

Sembuhkan asam Urat Suami,Kewalahan Penuhi Permintaan

Didasari kecintaan dan Hobi bercocok tanam,Widi Astutik mulai mencoba mengembangkan budidaya tanaman okra dengan impor benih dari Amerika Latin.Resign dari manajer perusahaan,ia fokus mengembangkan usaha budidaya okra.

ADI FAIZIN,Jember

SIANG itu,Widi Astutik masih sibuk mengepak bibit dan hasil sayuran okra miliknya.Kesibukan sebagai petani perempuan ini memang berbeda dibanding lima tahun lalu.Didasari oleh kecintaan dan hobi berlalu.Didasari oleh kecintaan dan hobi bercocok tanam.Widi mulai mengenal tanaman okra sejak empat tahun lalu.

Sejak muda,Widi memang sering menanam berbagai jenis tanaman di halaman rumahnya.'Saat itu saya penasaran dengan tanaman okra yang dibudidayakan oleh sebuah perusahaan pertanian di Jember ini.Kata teman sih,tidak bisa dimakan,tapi kok sampai di impor,"ujar widi saat ditemui Jawa Pos Radar Jember di Rumahnya yang ada di Desa Rowotamtu,Kecamatan Rambipuji.

Setelah mencari informasi lewat internet,pada 2012,Widi mulai mengimpor benih okra dari Amerika Latin,lewat sebuah situs jual beli online internasional.Saat itu,ia merogoh kocek hingga Rp 250 ribu untuk mengimpor 20 benih okra.

Dapat sertifikat Pengedar Produk Hortikultura

"Awalnya saya tanam di polybag.Pertama kali tanam,gagal.Setelah empat kali percobaan,baru berhasil,'tutur perempuan kelahiran 16 juni 1979 ini.masa pertumbuhan okra dari awal benih ditanam hingga siap panen mencapai 45 hari.Widi menanam sayuran okra tersebut tanpa menggunakan pestisida"Karena pestida itu racun.Saya pernah merasakan,kalau makan sayur yang terkena pestisida,kepala menjadi pusing,"kata Widi
Pestisida hanya dia gunakan untuk tanaman okra yang akan digunakan sebagai penghasil benih.Ia menanam okra disawah yang berbeda persis di samping rumahnya,seluas 0,75 hektare.

Widi mem budidayakan jenis tanaman okra yang berwarna merah."setahu saya,di Jember,tanaman okra hijau oleh salah satu perusahaan pertanian melalui sistem kemitraan dengan beberapa petani.Okra merah dan hijau,menurutnya tidak jauh berbeda."Sebenarnya sih sama aja kandungannya.Yang merah ada kandungan betakarotin,tapi kalau dimasak,berubah warna jadi Hijau juga,"lanjut Widi.

Okra merah bisa dimakan secara mentah dengan rasa tawar.Selain sebagai sayuran,okra juga bisa diolah menjadi beberapa jenis makanan seperti biskuit.selain itu,biji okra juga bisa diolah menjadi campuran kopi,bijinya dikeringkan,lalu disangrai seperti kopi,"tutur Widi.

Sejak dua tahun terakhir,Widi memilih fokus untuk mengembangkan pembenihan okra.Dia mengklaim,benih okra yang dia jual memiliki tingkat keberhasilan pertumbuhan yang cukup tinggi,yakni 90 persen."Saya tidak jual bibit,karena benih yang saya jual,saya pastikan tumbuh,"ujar Widi.

Klaimnya itu dibuktikan dengan sertifikat yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.Pada 2014,Widi mulai mendapat sertifikat sebagai pengedar produk hortikultura.Lalu pada desember 2016,barulah dia mendapat Sertifikat Kompetensi Produsen Bibit Hortikultura dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.

Sertifikat kompetinsi sebagai produsen bibit okra tersebut,menurut Widi sebagai pembuktian bahwa benih yang dijual telah melalui uji laboratorium dari Dinas Pertanian."Surveinya(Dari dinas Pertanian,Red)mendadak,mereka ambil sample.Gratis(uji lab),"tutur Widi.

Keluarnya sertifikat tersebut,cukup mendongkrak penjualan bibit okra.Secara total,dalam sebulan bisa memperoleh omset minimal antara Rp 6 hingga 7 juta dari budidaya okra.Sejauh ini fokus pada pembenihan."Kalau pembesaran okra,sebagai bukti saja bahwa benih yang saya jual bisa tumbuh dengan baik,"tutur Widi.

Karena masih fokus pada pembenihan, Widi mengaku kewalahan melayani permintaan sayuran okra. Selain dari Jember, beberapa restoran yang rutin membeli okra dari Widi berasal dari Surabaya dan Bekasi.

"Seharian mereka mintanya dikirin 20 kilogram. Tapi saya cuma punya 5 kilogram," ujar Widi. Selain sayuran mentah, Widi juga menjual sayuran okra siap saji. Semuanya dipasarkan lewat dunia maya. Permintaan benih okra yang datang ke Widi, berasal dari berbagai kota baik di Jawa maupun luar Jawa. Namun tidak semuanya selalu bisa ia penuhi.

Khasiat okra, menurutnya sudah dibuktikan kepada suaminya, Yudi Nugroho. Penyakit asam urat yang mendera sang suami selama beberapa bulan, bisa sembuh sejak rutin mengonsumsi okra. Selain itu, minus pada mata anak tunggalnya juga berkurang karenarutin mengonsumsi okra.

"Okra itu tidak rewel perawatannya, lebih meudah daripada budidaya cabai," tutur Widi. Beberapa waktu lalu, sawah okra di belakang rumahnya sempat terendam air selama beberapa waktu, namun tetap bisa tumbuh dengan baik.

Widi mulai mantap berbisnis okra sejak tahun 2014. karena usaha okranya mulai menunjukkan hasil yang memuaskan, sejak Januari 2015 lalu, mantap mengundurkan diri dari pekerjaannya. Padahal, saat itu posisinya sudah mencapai manajer di sebuah perusahaan bahan bangunan di Jember.

"Karenasaya sudah yakin dengan masa depan bidang pertanian yang saya geluti," tutur alumnus administrasi niaga dari sebuah kampus swasta di Jember ini.

Widi bisa disebut cermat menangkappeluang di duani agrobisnis. Dia mulai merintis budidaya okra di saat belum banyak orang yang menekuninya. Sebagai pengembangan usaha, kini Widi mulai belajar mengembangkan tiga jenis komoditas yang belum banyak di tanah di Indonesia, yakni asparagus ungu, buah persik (peach atau prunus persica) dan gold plum.

"Masih coba-coba saja. Masih lama, mungkin 2 tahun lagi bisa terlihat hasilnya," ujarnya. Widi mengimpor benih asparagus ungu tersebut dari Korea Selatan. Ia mendapatkan informasi dari grup pembudidaya hortikultura di facebook, bahwa komuditas belum banyak ditanam di Indonesia.

Kesuksesan budidaya okra yang ditekuni Widi mengundang banyak orang ingin mengikutinya. Kini, dia bermitra dengan seorang teman dan adiknya untuk budidaya okra di baratan. Namun tidak semua tawaran kemitraan bisa dipenuhi, karena kewalahan. Seorang manajer dari perusahaan ekspedisi di Jember, juga kini memilih pensiun dini karena menjadi petani okra di Banyuwangi, bermitra dengan Widi. "Jadi petani itu bikin awet muda karena setiap hari banyak menghirup udara segar. (ad/c1/hdi)

Sumber : Jawa Pos Radar Jember, 24 Januari 2017

1 komentar: