Kamis, 16 Maret 2017

Mengenal Edy Darmawan / Go Cok Bien (Pengurus Masjid Muhammad Cheng Hoo)

BEKERJA SAMBIL BERIBADAH, RAMAIKAN KEGIATAN MASJID

 Muslim dari kalangan warga Tionghoa memang tidak begitu banyak jumlahnya di Jember. Namun, mereka cukup eksis bahkan kini memiliki masjid bernama Masjid Muhammad Cheng Hoo yang ada di kecamatan Kaliwates Jember. Berikut profil pengurusnya.

LINTANG ANIS BENA KINANTI, Jember

MENJADI mualaf dengan latar belakangnya sebagai seorang Tionghoa tidaklah mudah. Namun bagi Edy Darmawan, hal tersebut tak membuatnya gentar mendalami dan mempelajari agama Islam. Dirinya menggerakkan generasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jember untuk aktif di berbagai kegiatan di Masjid Muhammad Cheng Hoo.
Pria asal Bondowoso ini sudah memeluk agama Islam sejak 2003 silam. Alasannya cukup sederhana, hanya karena melihat para kaum muslim berwudhu sebelum memasuki masjid. "Itu seolah menjadi panggilan hati bagi saya," tutur Edy.

Setelah mempelajari dan mendalami ajaran Islam, dirinya makin yakin untuk menjadi mualaf. Adalah almarhum Kyai Khotib Umar Desa Sumber Wringin Sukowono-lah yang menjadi saksinya mengucapkan kalimat syahadat. Serta memberi nama Rudby Hidayahtullah kepada ayah dari empat gadis kecil ini.

Tak sedikit tandangan yang Edy hadapi ketika awal dia menjadi mualaf. Namun dengan berbekal keyakinan kuat, serta dukungan dari berbagi pihak termasuk sang kiai, Edy melewati seluruh tantangan tersebut. "Mulai dari belajar gerakan salat dan mengaji, bahkan saya memanggil guru ngaji juga," lanjutnya.

Edy juga didapuk menjadi salah satu pengurus Masjid Muhammad Cheng Hoo yang belum lama diresmikan di kawasan sumpusari, Kaliwates. Bersama anggota dan pengurus PITI lainnya, pengusaha yang bergerak di bidang penggilingan padi ini mencoba membuat berbagai program untuk para mualaf lainnya di Jember.

Di antaranya program bisa membaca Alquran sebelum lebaran, yang sukses digelar Ramadan lalu. Selain itu juga Gebyar Muharram 1438 H dengan berbagai lomba seperti pemilihan dai cilik, menggambar dan mewarnai yang diikuti 400 peserta. "Termasuk ketika perayaan Hari Santri kemarin, ada 21 mualaf yang berikrar di masjid ini," ujarnya.

Kiprahnya sebagai pengurus masjid tak lepas dari prinsip yang selalu Edy pegang. Baginya, suatu pekerjaan bisa berjalan dengan lancar apabila turut dilandasi dengan pegangan agama yang kuat. "Bekerja sambil beribadah, itu yang selalu saya jalankan," tegasnya.

Salah satu yang menggetarkan hatinya kala peringatan Hari Santri adalah ketika terdapat salah satu mualaf yang membawa serta kedua anaknya untuk mengucapkan kalimat syahadat. Melihat pria tersebut mememluk kedua anaknya sembari membisikkan kalimat syahadat di telinga mereka dengan tangis haru, Edy berserta peserta yang hadir tak kuasa menahan air mata," Merinding saya," akunya.

Dengan visinya yaitu bersama-sama mempelajari ilmu agama Islam, pria juga memiliki nama Tionghoa Go Cok Bien ini mengajak para mualaf untuk duduk bersama dan saling bertukar pengalaman sebagai sesama mualaf. "Karena tak sedikit mualaf di jember, jadi kita bisa sama-sama belajar sekaligus menjalin silaturahmi di sini," pungkasnya. (lin/ram)

Kerja Sama Pengurus Muda dan Senior

 

SEJATINYA, Masjid Muhammad Cheng Hoo diresmikan beberapa bulan lalu. Jajaran pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jember yang menggagas tempat tersebut untuk dijadikan wadah belajar agama islam bagi kaum Muslim atau mualaf yang baru belajar agama.

Kini dengan berbagai program baru, Masjid Cheng Hoo menjadi salah satu pusat belajar bagi mualaf i Jmeber. Menurut Edy, dirinya mendapatt banyak dukungan dari berbagai pihak untuk menjalankan program-program rancangan generasi muda PITI. Termasuk dukungan dari pengurus PITI senior. "Mereka yang menggagas program, kita yangn menjalankan," ujarnya.

PITI, kata dia, memulai kegiatan pengajian anjangsana dari satu rumah ke rumah lain dan masih belum memiliki tempat yng tetap. Pria yang juga dijuluki Laksamana Cok Bien ini ingin Masjid Muhammad Cheng Ho menjadi one stop service bagi mualaf yang belajar agama.

"Istilahnya jadi base camp para mualaf, tidak hanya yang dari PITI saja tetapi dari berbagai kalangan," lanjutnya. Selain pengurus, tak sedikit para pemuda yang juga ikut mengelola dan mengikuti program-program uyang dijalankan di Masjid Muhammad Cheng Hoo. Sinergi inilah yang membuat kekompakan dan kelancaran paada kegiatan yang dilangsungkan.

Hadir sebagai generasi pengisi, Edy sangat menghormati pengurus PITI yang sudah mencetuskan Masjid Muhammad Cheng Hoo sebagai lokasi pusat mualaf. Dan dirinya berniat untuk mengisi program tersebut dengan beragam kegiatan positif. "PITI dang Cheng Hoo ini seperti dua sisi mata uang yang saling menyatu,"m ujar Edy.

Setiap Jumat bersama dengan pengurus masjid lainnya, Edy mengajak jamaah masjid untuk duduk bersama dan saling sharing mengenai pendalaman agama islam. Kemudian program jangka panjangnya adalah membangun pusat pendidikan islam untuk mualaf dewasa. "Bahkan kalau bisa menjadi pusat pendidikan alternatif yang belum ada di Jember," tandasnya. (lin/ram)


Jadi Wadah Belajar Para Mualaf

PENGALAMANNYA membuat Edy paham benar bagaimana sepak terjang pemeluk agama Islam yang baru belajar agama.Karena itu pria bermata sipit ini ingin mengajak para mualaf khususnya yang ada di Jember untuk bisa bersama-sama mempelajari Islam secara mendalam.

Beragam ide yang dia tuangkan dalam bentuk program-program keagamaan di Masjid Muhammad Cheng Hoo rupanya banyak diminati para mualaf.Edy kerap mendengar rasa syukur para mualaf yang menemukan wadah belajar agama bersama-sama."pengalaman saya,belajar agama islam kemarin ya belajar sendiri.Saya ingin mengajak para mualaf untuk belajar bersama,"tuturnya.
Apalagi saat ini banyak aliran-aliran dalam islam yang kerap membingungkan para mualaf.Agar tidak terjebak dalam aliran yang salah,dirinya memilih untuk memperkuat pondasinya terlebih dahulu."Kita maunya kecintaan terhadap agama islam timbul dari hati masing-masing,sehingga tidak mudah menjadi pengikut paham yang aneh-aneh,"lanjut Edy

Salah satu bentuk kegiatannya adalah kajian keislaman yang digelar setiap usai salat jumat di Masjid Muhammad Cheng Hoo.Bersama para penyuluh agama,para mualaf bisa mengikuti pendalaman tauhid dan ilmu fikih."sebelumnya juga diajarkan gerakan salat,belajar wudhu.pokoknya yangterkandungdalam rukun iman dan rukun islam,"kata pria yang juga menjadi komisaris disalah satu agen properti di Jember tersebut.

Menurutnya,mendalami agama Islam bisa dilakukan melalui dua tahap,yaitu pra dan pasca.Artinya sebelum mantap mengucapkan kalimat syahadat,mereka diajak untuk mengenal prinsip-prinsip dalam agama islam,hingga akhirnya dia yakin untuk berikrar.kemudian pada tahap pasca ikrar,para mualaf diajarkan tentang islam secara keseluruhan.

"Kadang-kadang para mualaf itu malu kalau belajar sama orang lain.Seelah mengetahui ada semacam komunita di masjid ini,banyak yang bersyukur karena ada teman belaja yang sama,"ucap pria yang kerap dipanggil Laksamana Cok Bien ini.(lin/ram)


Sumber Jawa Pos 13 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar