Jumat, 31 Maret 2017

Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Jember Bangun Mental Pengusaha

Sediakan Layanan Debt Free Center

 Menjadi pengusuha bukan sekadar untuk menumpuk kekayaan. Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Jember berdiri untuk membangun mental pengusaha agar bisa memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Hari Setiawan, Jember

"VISINYA building character and wealth. Membangun karakter kaya," kata Hasbullah Huda, ketua IIBF Jember, kala ditanya mengenai visi berdirinya IIBF. "Mental kaya bagi pengusaha penting," sambungnya.
Walau belum lama berdiri, IIBF Jember sudah memiliki lebih dari seratus orang anggota. Tidak hanya tempat berhimpunnya pangusaha muslim, namun IIBF juga memiliki dua gerakan andalan untuk Indonesia.

Gerakan itu adalah gerakan kebangsaan dan ke-Islaman. Perhimpunan yang didirikan Heppy Trenggono ini diwujudkan dengan niat agar banyak pengusaha muslim yang bersedia untuk Membeli Indonesia. "Gerakan Beli Indonesia ini dicanangkan Pak Heppy bukan main-main," kata Huda.

Sebagaimana diketahui, beberapa sektor ekonomi di tanah air selama ini hanya di kuasai beberapa gelintir orang. Atau, dikuasai oleh beberapa perusahaan multinasional, yang notabene modalnya berasal dari asing.

Mantan Bankir yang Menjadi Pengusaha Menjadi Anggota
Semangat Beli Indonesia,menurut Huda, menagajak masyarakat memenuhi kebutuhan konsumsinya dengan mengutamakan produk lokal milik pengusaha lokal. "Kalau kita belanja, disarankan untuk kepada orang lokal. Jika tidak bisa, tidak ada masalah selama produknya dari lokal. Atau, kalau sangat terpaksa tidak ada lagi, yang tidak apa-apa mengonsumsi bukan lokal," terangnya.

Sebagai gerakan moral, Beli Indonesia kini mulai menjadi semangat baru di kalangan pengusaha muslimin. Koperasi Syariah 212, sebagai tindak lanjut dari Gerakan Aksi Bela Islam 2 Desember 2016, sebagian semangatnya adalah untuk membangun kedaulatan ekonomi lokal, khususnya muslim, di Indonesia. "Pak Heppy juga menjadi salah seorang deklarator di sana," sambung Huda.

Selain gerakan beli Indonesia, kegiatan lain IIBF adalah adanya layanan Debt Free Center (DFC). Yakni, layanan konsultasi bagi pengusaha yang ingin bebas dari jerat riba dan utang. Sebagian pengurus IIBF Jember menjadi Advisor di DFC.

Memang, menurut pengusaha di bidang IT ini, belum semua pengurus dan anggota terbebas dari riba dan utang. Tetapi, semua sedang berusaha untuk bebas riba dan utang. "Sampai sekarang ada sekitar empat orang yang lulus dari utang ribawi, termasuk saya," ujarnya, sembari terkekeh.

Semangat untuk menjauhi ribawi dan menghindari utang sejatinya semata untuk menggapai ridha Allah. Bagaimana pun, Islam telah tegas memerintahkan umatnya untuk menjauhi riba.

Yang mesti dilakukan pertama untuk bebas riba dan utang adalah tidak menambah utang. "Sudah lazim, sekali utang, jadi tergoda untuk top up utang. Di IIBF itu harus dihindari. Jangan tambah utang baru, yang sudah ada segera lunasi," katanya.

Sebagian orang yang telah lulus dari riba dan utang, kata Huda, adalah menjual aset. Selama bisnisnya masih lancar, menjual aset untuk melunasi semua riba dan utang adalah jalan yang mesti diambil. Tidak heran, sebagian anggota IIBF menjual asetnya, seperti ruko, agar terbebas dari riba dan utang.

Langkah berikutnya adalah negosiasi dengan lembaga keuangan yang memberikan utang. Harus dilakukan negosiasi untuk mengurangi beban utang. "Misalnya, meniadakan penalti. Bisa juga reschedule, dan banyak cara yang lain. Prinsipnya, utang tetap harus diakui sebagai utang dan segera diselesaikan," tegasnya.

Sebagai bentuk pembinaan anggota yang lain, IIBF juga menggelar leader forum (LF). Ini adalah kegiatan mentoring bisnis bagi anggota IIBF. LF inilah yang menjadi sarana bagi anggota IIBF untuk syaring pengalaman dan membangun jejaring bisnis.

Sedangkan gerakan yang lain adalah gerakan keagamaan. Meski banyak diisi pengusaha, IIBF juga mengutamakan pembangunan akhlak Islami. Misalnya bagaimana membangun hubungan baik dengan orang tua, pasangan, anak, tetangga, dan sebagainya.

Mengenal keanggotaan, Huda mengatakan, siapa pun bisa menjadi anggota IIBF. Meski, selama ini mayoritas yang bergabung adalah pengusaha. Sebab, ada pula anggota IIBF yang berlantar mantan bankir bank syariah, lalu resign dan memutuskan menjadi pengusaha. (hdi)



Sumber Radar Jember 19 Januari 2017                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar