Kamis, 30 Maret 2017

Siti Jazirotul Jannah,Pelajar Berprestasi dari Pelosok Desa

Terancam Gagal Wakili Jember Karena Tak Punya Akte Lahir

Sayang sekali nasib Siti Jazirotul.Siswi madrasah pedesaan ini punya meraih prestasi akademik bagus.Dia berhasil mengalahkan siswa madrasah unggulan lain.Namun saat akan mewakili Jember dalam pidato bahasa Arab tingkat Provinsi,ia terancam tak bisa berangkat.

ADI FAIZIN,Radar Jember 

KETIKA salah satu anak didiknya menjadi juara satu dalam sebuah perlombaan tingkat kabupaten,sontak kebahagiaan membuncah dari segenap keluarga besar MTs Darur Ridlwan.Maklum saja,Madrasah itu baru berusia enam tahun dan berlokasi jauh di pelosok desa,yakni di Desa Suco,Kecamatan Mumbulsari itu.Lolos perlombaan hingga tingkat provinsi,juga menjadi pengalaman baru bagi madrasah terisolir itu.

Adalah Siti Jazirotul Jannah,siswi kelas VIII yang menjadi juara pertama dalam lomba pidato bahasa Arab yang dihelat Kementrian Agama Kabupaten Jember,awal Januari ini.Kemenangan siswi ini terasa istimewa karena ia berhasil mengalahkan pelajar lain dari madrasah yang lebih favorit.

 "Ini kemenangan pertama bagi sekolah kami dalam lomba akademik dan non-akademik,"tutur Imam Hambali,Kepala Mts Darur Ridlwan,saat ditemui Jawa Pos Radar Jember.

Rata-Rata Murid Memang Tak Punya Akte Kelahiran


Tahun lalu,sekolah itu juga ikut serta dalam perlombaan bertajuk AKSIOMA(Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah),namun belum berhasil meraih gelar juara.

Siti Jazirotul Jannah sebenarnya adalah seorang gadis pemalu.Namun ia mampu menyingkirkan rasa malunya itu, untuk menunjukkan kemampuannya beretorika dalam bahasa Arab."sebelum lomba,kakak saya mampu,"tutur bungsu dari tiga bersaudara ini.

Siti Jazirotul Jannah memang sudah dibiasakan belajar bahasa Arab,tidak saja di sekolah,tapi juga di rumah."Karena ayah saya lulusan pesantren,jadi di rumah sudah dibiasakan untuk belajar baca kitab,"kata Siti Jazirotul Jannah.Selain dari Ayahnya,kakaknya yang nomor dua yang sedang Menempuh studi di IAIN Jember Juga kerap menjadi tempat ia belajar."Kalau ada kata-kata yang sulit,saya biasanya tanya ke kakak,"tuturnya.

Rencananya,Pada pertengahan Februari nanti dia akan mewakili Jember dalam lomba pidato bahasa Arab tingkat Jawa Timur yang akan dihelat di Kediri.Namun rencana itu saat ini masih terkendala ketiadaan dokumen kependudukan.

Sebagai seorang anak yang lahir dari keluarga sederhana,Siti Jazirotul Jannah tidak memiliki akte kelahiran.Padahal,dokumen itu menjadi salah satu syarat wajib bagi peserta lomba AKSIOMA tingkat Provinsi."kemarin waktu ada proses itsbat(pencatatan nikah oleh negara,red),orang tua dari Siti Jazirotul Jannah ini tidak sempat ikut.Mungkin tidak dapat informasi,"tutur Imam Hambali.Ayah dan Ibu siti Jazirotul Jannah sehari-hari bekerja sebagai pedagang kecil dipasar Tempuran yang ada di Mumbulsari.

Kepala Dinas Kependudukan dan catatan Sipil Jember,Arief Tjahyono saat dihubungi Jawa Pos Radar Jember Berjanji akan membantu pengurusan akta kelahiran dari Siti Jazirotul Jannah."Saya tidak bisa memastikan kapan selesai,tapi sesuai prosedur,kami akan upayakan yang terbaik,"tutur Arif.

Masalah akta kelahiran memang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kalangan guru di MTs Darur Ridlwan."Kalau dia kalah dalam lomba,kami masih legowo.Tapi kalau sampai dia gagal hanya karena masalah ini(akte kelahiran,red),tentu kami sangat kecewa,"kata Imam Hambali.Pihak Madrasah sudah mengupayakan berbagai cara,agar akta kelahiran Siti Jazirotul Jannah,bisa keluar sebelum perlombaan dimulai.

Kelengkapan dokumen kependudukan memang menjadi masalah lazim bagi pelajar di MTs Darur Ridlwan."Dari 133 siswa kami,mungkin hanya 5 anak yang memiliki dokumen kependudukan lengkap,"jelas Imam Hambali.

Maklum saja,mereka yang bersekolah di MTs darur Ridlwan kebanyakan berasal dari keluarga sederhana.kebanyakan wali murid berprofesi sebagai buruh tani atau pedagang kecil.'Kalau dari keluarga berkecukupan,biasanya mereka sekolah yang lebih bagus,seperti di kota.Tidak mungkin di sini,"imbuh alumnus Sekolah tinggi Islam Blambangan(STIB)Banyuwangi ini.

Tidak hanya kelengkapan dokumen kependudukan.Sebanyak 17 guru yang ada di MTs Darur Ridlwan juga harus berjuang untuk mencegah terjadinya putus sekolah peserta didik.Imam mencontohkan,untuk siswa kelas IX yang semula berjumlah 26,kini tersisa 21 anak.Pihak pengelola sekolah sebenarnya sudah menggratiskan wali murid dari segala macam biaya,baik SPP bulanan maupun uang gedung.

"Biaya pendidikan sepenuhnya berasal dari Dana BOS.untuk pengembangan uang gedung.Untuk pengembangan uang gedung,kami mendapat dari donator,"tutur Imam Hambali.Keuangan MTs Darur Ridlwan juga kian terbantu sejak Pemkab Jember menggulirkan program sekolah gratis.

Masalah utama yang mendorong angka putus sekolah adalah di wilayahnya,adalah masih rendahnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan.Untuk pelajar putra,biasanya godaan putus sekolah adalah karena keinginan dari mereka untuk bekerja dan meninggalkan bangku sekolah.
"Biasanya kalau lihat temannya bawa motor bagus,mereka jadi kepingin kerja juga dan tidak sekolah,"tutur guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini.Sedangkan untuk pelajar putri,ancaman putus sekolah biasanya berasal dari tradisi nikah dini yang masih tinggi.

Karenanya,Imam Berharap dengan keikutsertaan Siti Jazirotul Jannah dalam lomba pidato bahasa Arab tingkat provinsi yang baru pertama kali diikuti MTs Darur Ridlwan,mampu meemberi suntikan motivasi bagi seluruh murid.

"saya juga berharap,prestasi Siti Jazirotul Jannah ini,bisa membuat dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah,"harap Imam Hambali.Sebelumnya,Siti Jazirotul Jannah sudah mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih maju,yakni Madrasah aliyah Negeri yang ada di kota Jember.namun,cita-cita itu kemungkinan suit tercapai mengingat kondisi ekonomi orang tua.(mg/hdi)

Sumber:Jawa Pos Radar Jember 15 januari 2017
disalin oleh :(af)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar