Senin, 20 Maret 2017

Wasil, Tamatan SMA Sukses Taklukan Dunia Bisnis

'Pesulap' Barang Sepele Jadi Bernilai

"TIDAK harus menunggu punya pabrik kelapa sawit, kalau hanya untuk membuat minyak goreng kemasan," ujar Wasil, pengusaha yang juga pemilik minyak goreng kemasan bermerk di Jember.

Sejumlah produk mampu diciptakan pria kelahiran Pamekasan, Madura bernama Wasili Fadlan. Produknya mampu bersaing di pasar lokal hingga regional. Mulai dari kopi, penytedap rasa, minyak goreng kemasan, hingga air mineral bermerk. Dia mengakui, keberhasilannya menampilkan produknya di pasaran, tak lain karena penguatan kemasan dan memiliki merk.
Bapak lima orang anak ini mengibaratkan kemasan seperti baju yang dikenakan seseorang. Minimal katanya, meski pasarnya tak secantik gadis lainnya, namun ketika busana yang dikenakan sangat anggun dan menawan, tentu juga bakal menjadi magnet yang mampu menarik perhatian banyak orang.

Bakal menjadi semakin istimewa, ketika gaun yang anggun itu dikenakan gadis yang cantik. Semakin sempurna penampilannya di depan publik. "Analogi itu yang selalu saya gambarkan untuk menjadi pijakan saat kita berbisnis," jelasnya.

Sehingga tidak heran, produk CV Lisa Jaya Mandiri Food yang dinahkodainya, mampu menampilkan kemolekan kemasan di setiap produknya. Disain menjadi unggulan menumbuhkan karakter produk. Pemilihan nama selalu menjadi perhatiannya, supaya mudah diingat dan tentu membuat orang yang mendengarnya ikut tertarik.

Tujuannya bukan sesai di sana. Sebab yang dia pahami, barang yang sudah memiliki merk apalagi dikemas dengan bungkus yang bagus, tentu bakal meningkatkan nilai jual barang tersebut. "Hukum pasarnya seperti itu. Namun juga harus konsisten dengan mutu," ujarnya.

Keyakinan yang demikian, telah dia rasakan keberhasilannya selama menekuni bisnisnya. Bahkan, barang yang dikemas serius bisa laku berkali lipat dari harga semula. "Padahal, pengemasan tidak terlalu butuh biaya besar. Terpenting kreatif," katanya.

Tidak aneh kemudian, ketika dia berani menyebut bahwa usaha yang dia lakukan ialah menjual jasa pengemasan. "Meski tidak punya modal, asal kreatif usaha apa pun pasti bisa jalan," yakinnya. (rul/ram)


 Pilih Berhenti Kerja Demi Tekuni Usaha

Status pendidikan memeng kadang tidak mencerminkan kesuksesan seseorang. Seperti Wasili Fadlah yang berhasil dunia mengembangkan usaha dan bisnisnya meskipun dia hanya lulusan SMP. Dia pernah bergelut di Kopi, Penyedap Rasa, Minyak Goreng hingga Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

RULLY EFFENDI,Jember

SEPINTAS berbincang dengan wasili Fadlah, seperti sedang berdiskusi dengan seorang dosen. Pembicaraannya tertata, struktur kalimatnya terarah. Apalagi saat bicara tentang bisnis, sejumlah teori dan implementasinya mampu dia terangkan dengan detail. Bahkan bonus analogi nyata juga dia paparkan.

Sempat tidak percaya, saat pria yang akrab disapa Wasil, itu mengaku hanya tamatan SPM. Bukan hanya karena wawasan. Kemampuannya menaklukan dunia usaha, membuat orang lain enggan mempercayai bahwa dia hanya tamatan SMP. Tidak mampu menolak pengakuannya lagi, ketika dia kembali mengaku bahwa ijazah SMA yang dimilikinya, hasil dari ujian kesetaraan kerja paket-C.

Ya. Wasil mengaku ijazah kesetaraan kejar paket-C yang dimilikinya dia peroleh setelah Hijrah ke Jember. Ijazah kejar paket-C dia butuhkan, karena kepentingan untuk memenuhi syarat kepegawaiannya di tempanya bekerja. Salah satu perusahaan BUMN yang ada di Jember. "Saya dulu pegawai PTPN XII," akunya.

Sebelum bekerja di PTPN XII, Wasil hanya seorang penjual kopi keliling. Bukan kopi seduh, melainkan kopi bubuk yang dia bungkus, kemudian di tawarkan di setiap warung. Semua proses dia lakukan sendiri. Mulai dari mensangrai, menghaluskan biji kopi, mengemas, hingga memasarkan. "kalau jualan kopi, saya hanya bawa sepeda pancal," ingatnya.

Usaha itu pun diakui penuh perjuangan. Ditolak pemilik warung hingga dipuji karena kualitas produknya, dia ibaratkan seperti bumbu kehidupan. Namun semua yang dialaminya, bagian dari pembelajaran yang menurutnya terus berkarya dengan berbagai inovasinya. "Dulu banyak yang meragukan keaslian serbuk kopi yang saya jual," tuturnya.

Keraguan itulah yang memacunya untuk melakukan pembuktian. Bukan berdebat apalagi sampai perang argumen. Hingga kemudian, muncul sebuag ide untuk menjual biji kopi sangrai. Tujuannya, suapaya mampu menunjukkan originalitas produk yang dia tawarkan.

Pengalihan produk dagangan, tentu membuatnya juga harus beralih objek pemasaran produknya. Jika sebelumnya dijual ke warung-warung, dia harus menjual kopi roasting hasil produksinya ke tempat penyelepan kopi. Sehingga, pelanggannya tahu langsung proses penggilingan kopi asli produkinya.

Sebelas tahun kemudian, Wasil memilih bergabung di PTPN XII. Meski hanya berbekal ijazah SMP, dia tak minder tampil sejajar dengan pekerja profesional lainnya. Meski akhirnya, dia harus kembvali ke dunia wirausaha, setelah bekerja empat tahun yakni sejak 2002 hingga 2007.

Setelah bergelut dengan kopi, dia mulai menggarap sektor lain. Kali ini dia berbisnis penyedap rasa. Banyak orang yang menyebutnya vetsin. Barang dagangannya dia dapat dari pasar. Memilih bisnis demikian, karena banyak orang yang tidak bisa membeli vetsin dengan skala kecil.. "Saya beli sekarung. Kemudian saya kemas lagi dengan bungkus ekonomis," ujarnya.

Tidak berhenti disana. Dia pun terus mengasah ide bisnisnya. Hingga kemudian, minyak goreng kemasan mampu dia produksi. Meski dia mampu menciptakan sebuah merk, namun tempat produksi barangnya pun tetap di Jember.

Sekitar dua tahun belakangan ini, (Air Minum Dalam Kemasan), Salah satu produk lokal AMDK Jember, lahir dari ide cerdas owner tamatan SMP tersebut. Bahkan, air minum yang dia produksi dari Dusun Ampo, Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, mampu menjadi salah satu produk yang ikut meramaikan pasar. "Bisnis itu butuh kreativitas," ujar Wasil, menyebut salah satu pegangannya dalam berbisnis. (rul/ram)

Sumber Jawa Pos 12 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar